Syafii Maarif: Indonesia Beruntung Punya Gus Dur

Abdurrahman Wahid Memorial Lecture
Selasa, 2 Februari 2010 03:55


Sumbangan terbesar Gus Dur adalah melahirkan generasi muda yang maju di kalangan Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan di kalangan lintas iman

Jakarta-wahidinstitute.org. Dalam pandangan mantan Ketua Umum Pimpinan pusat Muhammadiyah ini, Indonesia beruntung sekali memiliki sosok seperti KH. Abdurahman Wahid yang akrab disapa Gus Dur. Dalam soal gerakan sosial, menurut tokoh yang juga kawan dekat, sumbangan terbesar Gus Dur adalah melahirkan generasi muda yang maju di kalangan Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan di kalangan lintas iman. Karena itu ia tetap optimis jika nilai-nilai pluralisme dan demokrasi akan mampu dilanjutkan oleh para pengagum dan generasi mudanya. "Tanpa Gus Dur tidak mungkin seperti sekarang ini. Salah satunya Ulil ini. Kalau tidak ada Gus Dur, tidak mungkin ada Ulil," katanya pada Acara "Abdurrahman Wahid Memerioal Lecture" di Ruang Sidang Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Jakarta, Selasa (2/02). Ulil Abshar Abdalla, intelektual muda muslim yang dikabarkan mencalonkan diri sebagai Ketua Umum PBNU dalam forum Muktamar tahun ini, tampak mesem-mesem.

Tak hanya di Indonesia, sekarang ini menurut Buya Syafi'i, demikian ia akrab disapa, Gus Dur yang juga mantan aktivis prodemokrasi itu juga dikagumi orang-orang Amerika. "Amerika ini sekarang sudah sangat gusdurian," katanya. Ia lalu bercerita. Dua hari lalu, ada seorang warga Amerika bertemu dirinya. Saat bicara Gus Dur, orang Amerika ini sampai menangis meneteskan air. "Sampai susaha bicara!".

Tapi Syafi'i sendiri terus terang agak berbeda dari kebanyakan orang dalam menyikapi jiwa demokrat Gus Dur. "Gus Dur itu demokrat dalam wacana, tapi tidak kalau bergaul dengan kalangan NU," katanya. Pernyataan itu langsung disambut gerr puluhan hadirin. Kritik itu bahkan pernah disampaikan langsung Buya Syafi'i kepada Gus Dur saat masih menjabat sebagai presiden. "Herannya Gus Dur tidak marah. Biasa saja. Padahal bisa saja dia usir saya." Sebagai presiden, Gus Dur sukses di beberapa bidang, tidak sukses di bidang-bidang lain. "Saya ingin menempatkan Gus Dur dalam porsinya," tambahnya.

Syafii juga banyak menceritakan berbagai kisah pribadi saat bergaul dan berteman dengan Gus Dur. Yang mengesankan adalah saat mendengar dirinya sakit, Gus Dur datang menjenguk. Padahal waktu itu Syafii sudah mengatakan tak perlulah Gus Dur datang ke tempatnya. Biar dirinya saja yang datang. Tapi Gus Dur memaksa. Di rumah Syafii, Gus Dur yang duduk di kursi roda dan ditemani seorang warga Amerika mengobrol hingga dua jam.

Dalam pertemuan itu Syafii pernah menyampaikan masukan, mengapa orang sebesar Gus Dur harus ribut dengan Muhaimin Iskandar. Menurut Syafii hal itu terlalu kecil buat seorang Gus Dur yang besar. Dalam pertemuan di awal Januari 2009 ini Gus Dur juga mengatakan berniat mundur dari politik praktis dua tahun lagi. "Sayangnya sebelum dua tahun, Gus Dur sudah meninggal".

Kegiatan diskusi yang digelar sejak pukul 10.00 - 12.30 WIB itu diselenggarakan oleh sejumlah organisasi lintas agama seperti Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Konferensi Wali Gereja di Indonesia (KWI), Wahid Institute (WI), Maarif Institute, ICRP dan lain-lain. Kegiatan Memorial Lecture yang akan mengundang narasumber yang kompeten di bidangnya ini akan dilanjutkan dengan lima rangkaian diskusi serupa di berbagai tempat dengan tema yang berbeda-beda.

Selain Ahmad Syafi'i Maarif, yang didapuk menjadi pembicara di pagi itu adalah M. Sastrapratedja SJ, Direktur Program Pascasarjana dan Ketua Program Doktor Sekolah Tinggi Filsafat Jakarta. Diskusi dipandu Trisno S. Sutanto aktivis Majelis Dialog Antaragama (MADIA) Jakarta []

Comments

Popular posts from this blog

PRIMBON JAWA LENGKAP

BUBUR MERAH PUTIH UNTUK SELAMATAN WETON

SEJARAH KAWITANE WONG JAWA LAN WONG KANUNG