Sarasehan Malam Anggoro Kasih di Sasono Adiroso, Taman Mini Indonesia Indah (TMII)
http://berita.kapribaden.org/sarasehan-malam-anggoro-kasih-di-sasono-adiroso-taman-mini-indonesia-indah-tmii/
Rahayu,
Sarasehan Malam Anggoro Kasih bulan April 2008 kali ini bertepatan dengan Hari Kartini, yaitu pada tanggal 21 April 2008. Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa mengarahkan agar pengisi acaranya adalah perempuan terutama generasi muda. Dan untuk bulan ini pengisi acaranya diminta dari Paguyuban Penghayat Kapribaden dan A.K. Perjalanan.
Maka seperti biasa kadhang-kadhang di Jakarta mulai mempersiapkan diri agar dapat tampil sebaik-baiknya demi menjaga nama baik Kapribaden. Kami tetap semangat walau hanya mempunyai waktu 2 (dua) minggu untuk persiapan. Dan agar dapat memberi kesan beda, maka selain menampilkan Mbak Retno Gunawan yang akan mewakili sebagai pembicara, kami juga akan menampilkan Panembromo (Koor Bhs. Jawa) oleh 8 (delapan) orang Bapak dan 7 (tujuh) orang Ibu, serta macapat dandang gulo.
Bp. Sutanto (Penasehat Pusat) membuat syair-syair untuk panembromo dan macapat untuk ditembangkan di awal acara, di tengah acara sebelum Mbak Retno berbicara dan di akhir acara untuk mengiringi sujud agung. Namun karena kadhang-kadhang di Jakarta masih dalam taraf belajar untuk nembang macapat, maka kemudian Bp. Suprih Suhartono mengundang Bp. Sarno (kadhang Boyolali) untuk ikut menyumbangkan suaranya. Selain itu Mbak Ratna Widyaningsih (Wiwid) juga ditugasi untuk membaca Pancasila.
Untuk memimpin sujud agung pada sarasehan, Ibu Hartini Wahyono sebagai Pinisepuh Kapribaden diminta untuk memimpin.
Acara berlangsung dengan sukses, karena yang hadir melebihi kapasitas kursi yang disediakan (300 kursi), sehingga banyak yang berdiri. Kadhang Kadhang Kapribaden yang perempuan memakai seragam kebaya biru dan kain “wahyu tumurun”, sedangkan yang laki-laki memakai kain dan beskap Adat Jawa. Dengan diiringi gending cokekan (yang sengaja kita datangkan dari luar) mempersembahkan Panembromo Kinanti kepada para hadirin untuk membuka acara. Mbak Retno menyampaikan pengalamannya sebagai Penghayat Kapribaden dengan tema “Menjadi Manusia Milik Tuhan, sebuah proses sepanjang hidup” dan menjawab pertanyaan pertanyaan yang disampaikan dengan baik. Sujud agung yang dipimpin oleh Ibu Hartini Wahyono juga dapat berlangsung dengan khidmat dengan diiringi dandang gulo yang dialunkan oleh Bp. Sarno.
Itu semua dapat terlaksana tentunya karena kehendak ROMO Gusti Ingkang Moho Suci kepada Putra-Putranya untuk melestarikan Kapribaden.
Teguh, Rahayu, Slamet
Sarasehan Malam Anggoro Kasih bulan April 2008 kali ini bertepatan dengan Hari Kartini, yaitu pada tanggal 21 April 2008. Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa mengarahkan agar pengisi acaranya adalah perempuan terutama generasi muda. Dan untuk bulan ini pengisi acaranya diminta dari Paguyuban Penghayat Kapribaden dan A.K. Perjalanan.
Maka seperti biasa kadhang-kadhang di Jakarta mulai mempersiapkan diri agar dapat tampil sebaik-baiknya demi menjaga nama baik Kapribaden. Kami tetap semangat walau hanya mempunyai waktu 2 (dua) minggu untuk persiapan. Dan agar dapat memberi kesan beda, maka selain menampilkan Mbak Retno Gunawan yang akan mewakili sebagai pembicara, kami juga akan menampilkan Panembromo (Koor Bhs. Jawa) oleh 8 (delapan) orang Bapak dan 7 (tujuh) orang Ibu, serta macapat dandang gulo.
Bp. Sutanto (Penasehat Pusat) membuat syair-syair untuk panembromo dan macapat untuk ditembangkan di awal acara, di tengah acara sebelum Mbak Retno berbicara dan di akhir acara untuk mengiringi sujud agung. Namun karena kadhang-kadhang di Jakarta masih dalam taraf belajar untuk nembang macapat, maka kemudian Bp. Suprih Suhartono mengundang Bp. Sarno (kadhang Boyolali) untuk ikut menyumbangkan suaranya. Selain itu Mbak Ratna Widyaningsih (Wiwid) juga ditugasi untuk membaca Pancasila.
Untuk memimpin sujud agung pada sarasehan, Ibu Hartini Wahyono sebagai Pinisepuh Kapribaden diminta untuk memimpin.
Acara berlangsung dengan sukses, karena yang hadir melebihi kapasitas kursi yang disediakan (300 kursi), sehingga banyak yang berdiri. Kadhang Kadhang Kapribaden yang perempuan memakai seragam kebaya biru dan kain “wahyu tumurun”, sedangkan yang laki-laki memakai kain dan beskap Adat Jawa. Dengan diiringi gending cokekan (yang sengaja kita datangkan dari luar) mempersembahkan Panembromo Kinanti kepada para hadirin untuk membuka acara. Mbak Retno menyampaikan pengalamannya sebagai Penghayat Kapribaden dengan tema “Menjadi Manusia Milik Tuhan, sebuah proses sepanjang hidup” dan menjawab pertanyaan pertanyaan yang disampaikan dengan baik. Sujud agung yang dipimpin oleh Ibu Hartini Wahyono juga dapat berlangsung dengan khidmat dengan diiringi dandang gulo yang dialunkan oleh Bp. Sarno.
Itu semua dapat terlaksana tentunya karena kehendak ROMO Gusti Ingkang Moho Suci kepada Putra-Putranya untuk melestarikan Kapribaden.
Teguh, Rahayu, Slamet
Comments
Post a Comment